Perlu di ketahui, ibadah tanpa ilmu dan ma’rifat tidak ada artinya. Karena dalam menjalankannya, seseorang harus tahu benar apa yang dikerjakannya. Kemudian, tidak dapat tidak harus meniti tahapan itu, jika tidak ingin mendapat celaka. Artinya, harus belajar mengaji guna dapat beribadah dan menempuhnya dengan sebenar benarnya, kemudian merenungkan dan memikirkan bukti buktinya.
Bagaimana
aku beribadah sedangkan akku masih berbuat dosa… mengapa aku beribadah sambil
durhaka…sungguh diriku ini sarat dengan kedurhakaan.
Jika
demikian, terlebih dahulu akau harus bertaubat, membersihkan diri dari
perbuatan maksiat, menunjukkan rasa penyesalan, agar Allah mengampuni dan
membersihkan aku daei segala dosa. Kemudian, akau akan berkhidmat dan berusaha
mendekatkan diri kepada-Nya.
Dalam
hal ini, ia harus melalui tahapantaubat. Memang sulit untuk menjalankannya,
karena sebelum seseorang mencapai tujuan ibadah, terlebih dahulu harus
bertaubat.
Kemudian,
setelah bertaubat dengan baik, timbullah niat untuk melakukan ibadah. Akan
tetapi niat untuk melakukan ibadah itu ternyata terganggu oleh pikirannya yang
merasa terhalangi oleh hal-hal di bawah ini:
1.
Dunia
2.
Manusia
3.
Setan
4.
Hawa
nafsu
Maka,
seseorang yang ingin mencapai tujuan
ibadah harus mampu melewati godaan-godaan yang ditimbulkan oleh empat
hal di atas.
Dalam
hal ini, seseorang harus berhadapan dengan tahaapan berikunya, yakni tahapan
godaan.
Untuk
melewati hatapan ini seseorang harus menempuh empat cara;
1.
Tajarrud
anid-dunnya (membulatkan tekad hingga kesenangan dunia tidak mampu menggoyahkan
tekadnya)
2.
Menjaga
diri dan selalu waspada agar tidak tersesat oleh godaan orang lain.
3.
Memerangi
setan dengan segala tipu dayanya
4.
Mampu
mengendalikan hawa nafsunya.
5.
Daei
keempat hal di atas, mengendalikan dan memerangi hawa nafsu adlah yang paling
sukar. Sebab, kita tidak dapat mengikisnya hingga habis, sampai terpisah daei
hafsu, karena nafsu juga mempunyai manfaat, selama nafsu trsebut tidak
mengalahkan dan mengendalikan pikiran kita.
Jadi,
kita tidak mungkin mematikan hawa nafsu, tetapi jangan membiarkan hingga ia
mengendalikan pikiran kita. Sebab, manusia tidak mungkin hidup tanpa hawa
nafsu.
Menuruti
hawa nafsu akan membuat kita lupa kepada Allah swt. Untuk itu diperlukan alat
untuk mengendalikan hawa nafsu hingga mematikannya, melainkan harus mampu
mengendalikannya. Sebab, hawa nafsu tidak akan menuntun kita untuk berbuat
kebijakna, melaikan menuntun berbuat sesat.
Hawa
nafsu sangat sukar sekali diajak kompromi untuk membulatkan hati bribadah
kepada Tuhan, sebab hawa nafsu hanya selalu akan menjaukan kita daei Allah swt.
Menuruti
hawa nafsu akan membuat kita lupa kepada Allah. Untuk itu diperlukan alat untuk
mengendalikan hawa nafsu yakni Takwa.
Ibarat
mengendalikan kuda binal, kita juga harus mmapu mengendalikan hawa nafsu untuk
kebaikan dan kebenaran, jangan samai terjerumus ke dalam hal-hal yang
mencelakakan, merusak, dan menyesatkan.
Setelah
seseorang mampu mebalukkan godaan-godaan yang sifatnya tetao, maka akan timbul
godaan-godaan yang sifatnya tidak tetap. Godaan itu kadang-kadang muncul, tapi
suatu saat ia lenyap. Hal itu membuat hatinya bimbang dalam mencapai tujuan
beribadah.
Godaan
yang sifatnya tidak tetap tersebut ada empat macam:
1.
Rezeki
Dia bertanya dalam hati, daei mana makanku? Pakaianku? Bagaimana
aku memberi makan anak-anak dan keluargaku? Dari mana?
Dia akan menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan itu. Aku harus
mempunyai akal! Aku harus mampu dan sanggup! Aku sudah tajarrud anid-dunya.
Kini aku sudah membulatkan tekad dan tidak akan tergoda lagi dengan uraian
dunia dan pertanyaan mana rezekiku? Aku harus menjaga diri dari tipu daya
sesama. Jika demikian, darimana kekuatan bekalku?
2.
Bahaya-bahaya
Ia takut dengan bermacam-macam bahaya, mengharapkan itu dan takut
ini, khawatir jangan tidak jadi, menginginkan ini, khawatir jika semuanya tidak
ada . ia takut ini, itu, dan anu, jangan-jangan muncul, tidak mengerti mana
yang baik, mana yang buruk dalam urusan itu. Ia hanya meraba-raba. Karena
akibat dari semuanya itu samar sifatnya, dan tidak jelas akibatnya. Ia rau,
maka ia kakn terjerumus.
3.
Kesulitan
dam kesedihan
Ia mengalamik berbagai kesulitan dan kesedihan. Meskipun iaa telah
berusaha menjadi seorang yang lain dari sesamanya, yakni beribadah kepada Allah
swt. Ia juga telah bertekad memerangi setan, meskipun ia sadar bahwa setan akan
selalu menggodanya. Bahkan, ia berusaha mengekang hawa nafsunya, walaupun hawa
nafsu itu sendiri akan selalu berusaha menjerumuskannya.
Ia mengalami kesulitan, bingung, dan sedih menyadari adanya
hambatan-hambatan yang merintangi niatnya untuk beribadah.
4.
Macam-macam
takdir
Takdir, ada yang dirasakn manis, tetapi ada pula yang dirasakan
amat getir. Sedangkan hawa nafsu akan cepat mengelluh, bagaimana ini? Mengapa
demikian? Ia dihadapkan pada tahapan baru, yakni tahapan empat rintangan yaitu:
1.
tawakkal
kepada Allah swt dengan harap, takut kepada Allah, ikhlas atau tulus beribadah
kepada Allah, selalu mensyukuri nikmat yang diberikan Allah.
Perlu diperhatikan, bahwa kita beribadah kepada Allah dan mengjak
orang lain kepada keridhaan Allah dengan lisan dan perbuatan. Yang semuanya itu
bertentangan dengan perbuatan, cita-cita, kemauan, dan usaha setan. Hal itu
berarti kita telah bersiap untuk memerangi, melawan, dan berusaha
mengalahkannya. Di lain pihak, setanpun telah bersiap-siap dan berusaha
memerangi, menipu, dan membinasakan kita. Bahkan, setan menginginkan kehancuran
kita. Sebab, setan merasa tidak aman lagi dengan kita.
Sesungguhnya orang-orang kafir adalah teman-teman setan. Orang
kafir tidak pernah memerangi dan membencinya. Padahal, setan akan membinasakan
mereka.
Walau sebenarnya, setan akan tetap memusuhi orang-orang yang
mengikutinya. Dan terhadap orang-orang yang memusuhinya, setan mengenggapnya
sebagai masalah khusus dan penting. Setan juga mempunyai banyak pembantu untuk
menghancurkan kita, yang paling ganas adalah hawa nafsu! Selain itu, masih banyak lagi celah
baginya untuk masusk ke dalam diri seseorang, dan manusia tidak mennyadarinya.
Yahya bin Mu’adz ar-Razi mengatakan, setan tiu pengganggu, ia
mempunyai banyak waktu untuk menjalankan rencananya. Sedangkan manusia selalu
sibuk, dan setan mengetahuinya. Tetapi, kita tidak melihatnya kita lupa
terhadapnya, namujn setan selalu mengingat kita. Dan guna mengalahkan kita,
setan mempunyai banyak pembantu.
Oleh sebab itu, kita harus bertekad bulat untuk mengalahkan dan
memeranginya. Jika tidak, kita tidak akan aman dari kebinasaan dan kehancuran.
Dengan cara apa harus memerangi dan mengalahkannya? Ada dua jalan:
1.
menurut
pendapat sebagian ulama, cara halau setan adalah selalu mehon perlindungan
Allah. Tidak ada jalan lain.
Sebab, setan ibarat anjing yang diberi kekuatan untuk menggoda
kita. Jika kita terus menerus menghalau dan mememranginya, niscaya kita akan
kelelahan dan kehabisan waktu, sehingga ia dapat menggigit dan melukai. Dengan
demikiank sebaik baik jalan adalah langsung bermohon kepada Allah yang
mneguasai anjing itu agar menjauhi kita.
2.
Menurut
ahli penolah setan, kita harus berjuang sekuat tenaga menolak, mengusir,
melawan, dan menentang setan.
Guna
memerangi dan mengalahkan setan , menurut pendapat ulama ada tiga cara:
1.
Harus
mengetahui segala tipu daya setan, seingga dia tidak akan berni mengganggu
kita. Keadaannya ibarat maling. Jika ia mengetahui bahwa tuan rumah telah
mengetahui adanya malingk niscaya sang maling akan lari.
2.
Anggaplah
remeh ajakan setan. Yakin, hangan memberi perhatian, jangan hiraukan ajakannya,
dan jangan sekali-kali ajakannya kita ambil hati, apalagi dituruti, sebeb setan
ibarat anjing menggonggong. Jika dilayani, ia akan terus menggonggong, jika
dilayani, ia akan terus menggonggong, teteapi jika dibiarkan, ian akan diam
dengan sendirinya.
3.
Berdzikir
dengan lisan maupun hati.
1 komentar:
Mantabbbb bosss....
Posting Komentar