Rabu, 14 Maret 2012

Wasiat Imam Al-Ghazali


Perlu di ketahui, ibadah tanpa ilmu dan ma’rifat tidak ada artinya. Karena dalam menjalankannya, seseorang harus tahu benar apa yang dikerjakannya. Kemudian, tidak dapat tidak harus meniti tahapan itu, jika tidak ingin mendapat celaka. Artinya, harus belajar mengaji guna dapat beribadah dan menempuhnya dengan sebenar benarnya, kemudian merenungkan dan memikirkan bukti buktinya.
Bagaimana aku beribadah sedangkan akku masih berbuat dosa… mengapa aku beribadah sambil durhaka…sungguh diriku ini sarat dengan kedurhakaan.
Jika demikian, terlebih dahulu akau harus bertaubat, membersihkan diri dari perbuatan maksiat, menunjukkan rasa penyesalan, agar Allah mengampuni dan membersihkan aku daei segala dosa. Kemudian, akau akan berkhidmat dan berusaha mendekatkan diri kepada-Nya.
Dalam hal ini, ia harus melalui tahapantaubat. Memang sulit untuk menjalankannya, karena sebelum seseorang mencapai tujuan ibadah, terlebih dahulu harus bertaubat.
Kemudian, setelah bertaubat dengan baik, timbullah niat untuk melakukan ibadah. Akan tetapi niat untuk melakukan ibadah itu ternyata terganggu oleh pikirannya yang merasa terhalangi oleh hal-hal di bawah ini:
1.      Dunia
2.      Manusia
3.      Setan
4.      Hawa nafsu
Maka, seseorang yang ingin mencapai tujuan  ibadah harus mampu melewati godaan-godaan yang ditimbulkan oleh empat hal di atas.
Dalam hal ini, seseorang harus berhadapan dengan tahaapan berikunya, yakni tahapan godaan.
Untuk melewati hatapan ini seseorang harus menempuh empat cara;
1.      Tajarrud anid-dunnya (membulatkan tekad hingga kesenangan dunia tidak mampu menggoyahkan tekadnya)
2.      Menjaga diri dan selalu waspada agar tidak tersesat oleh godaan orang lain.
3.      Memerangi setan dengan segala tipu dayanya
4.      Mampu mengendalikan hawa nafsunya.
5.      Daei keempat hal di atas, mengendalikan dan memerangi hawa nafsu adlah yang paling sukar. Sebab, kita tidak dapat mengikisnya hingga habis, sampai terpisah daei hafsu, karena nafsu juga mempunyai manfaat, selama nafsu trsebut tidak mengalahkan dan mengendalikan pikiran kita.
Jadi, kita tidak mungkin mematikan hawa nafsu, tetapi jangan membiarkan hingga ia mengendalikan pikiran kita. Sebab, manusia tidak mungkin hidup tanpa hawa nafsu.
Menuruti hawa nafsu akan membuat kita lupa kepada Allah swt. Untuk itu diperlukan alat untuk mengendalikan hawa nafsu hingga mematikannya, melainkan harus mampu mengendalikannya. Sebab, hawa nafsu tidak akan menuntun kita untuk berbuat kebijakna, melaikan menuntun berbuat sesat.
Hawa nafsu sangat sukar sekali diajak kompromi untuk membulatkan hati bribadah kepada Tuhan, sebab hawa nafsu hanya selalu akan menjaukan kita daei Allah swt.
Menuruti hawa nafsu akan membuat kita lupa kepada Allah. Untuk itu diperlukan alat untuk mengendalikan hawa nafsu yakni Takwa.
Ibarat mengendalikan kuda binal, kita juga harus mmapu mengendalikan hawa nafsu untuk kebaikan dan kebenaran, jangan samai terjerumus ke dalam hal-hal yang mencelakakan, merusak, dan menyesatkan.
Setelah seseorang mampu mebalukkan godaan-godaan yang sifatnya tetao, maka akan timbul godaan-godaan yang sifatnya tidak tetap. Godaan itu kadang-kadang muncul, tapi suatu saat ia lenyap. Hal itu membuat hatinya bimbang dalam mencapai tujuan beribadah.
Godaan yang sifatnya tidak tetap tersebut ada empat macam:
1.      Rezeki
Dia bertanya dalam hati, daei mana makanku? Pakaianku? Bagaimana aku memberi makan anak-anak dan keluargaku? Dari mana? 
Dia akan menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan itu. Aku harus mempunyai akal! Aku harus mampu dan sanggup! Aku sudah tajarrud anid-dunya. Kini aku sudah membulatkan tekad dan tidak akan tergoda lagi dengan uraian dunia dan pertanyaan mana rezekiku? Aku harus menjaga diri dari tipu daya sesama. Jika demikian, darimana kekuatan bekalku?
2.      Bahaya-bahaya
Ia takut dengan bermacam-macam bahaya, mengharapkan itu dan takut ini, khawatir jangan tidak jadi, menginginkan ini, khawatir jika semuanya tidak ada . ia takut ini, itu, dan anu, jangan-jangan muncul, tidak mengerti mana yang baik, mana yang buruk dalam urusan itu. Ia hanya meraba-raba. Karena akibat dari semuanya itu samar sifatnya, dan tidak jelas akibatnya. Ia rau, maka ia kakn terjerumus.
3.      Kesulitan dam kesedihan
Ia mengalamik berbagai kesulitan dan kesedihan. Meskipun iaa telah berusaha menjadi seorang yang lain dari sesamanya, yakni beribadah kepada Allah swt. Ia juga telah bertekad memerangi setan, meskipun ia sadar bahwa setan akan selalu menggodanya. Bahkan, ia berusaha mengekang hawa nafsunya, walaupun hawa nafsu itu sendiri akan selalu berusaha menjerumuskannya.
Ia mengalami kesulitan, bingung, dan sedih menyadari adanya hambatan-hambatan yang merintangi niatnya untuk beribadah.
4.      Macam-macam takdir
Takdir, ada yang dirasakn manis, tetapi ada pula yang dirasakan amat getir. Sedangkan hawa nafsu akan cepat mengelluh, bagaimana ini? Mengapa demikian? Ia dihadapkan pada tahapan baru, yakni tahapan empat rintangan yaitu:
1.      tawakkal kepada Allah swt dengan harap, takut kepada Allah, ikhlas atau tulus beribadah kepada Allah, selalu mensyukuri nikmat yang diberikan Allah.
Perlu diperhatikan, bahwa kita beribadah kepada Allah dan mengjak orang lain kepada keridhaan Allah dengan lisan dan perbuatan. Yang semuanya itu bertentangan dengan perbuatan, cita-cita, kemauan, dan usaha setan. Hal itu berarti kita telah bersiap untuk memerangi, melawan, dan berusaha mengalahkannya. Di lain pihak, setanpun telah bersiap-siap dan berusaha memerangi, menipu, dan membinasakan kita. Bahkan, setan menginginkan kehancuran kita. Sebab, setan merasa tidak aman lagi dengan kita.
Sesungguhnya orang-orang kafir adalah teman-teman setan. Orang kafir tidak pernah memerangi dan membencinya. Padahal, setan akan membinasakan mereka.
Walau sebenarnya, setan akan tetap memusuhi orang-orang yang mengikutinya. Dan terhadap orang-orang yang memusuhinya, setan mengenggapnya sebagai masalah khusus dan penting. Setan juga mempunyai banyak pembantu untuk menghancurkan kita, yang paling ganas adalah hawa  nafsu! Selain itu, masih banyak lagi celah baginya untuk masusk ke dalam diri seseorang, dan manusia tidak mennyadarinya.
Yahya bin Mu’adz ar-Razi mengatakan, setan tiu pengganggu, ia mempunyai banyak waktu untuk menjalankan rencananya. Sedangkan manusia selalu sibuk, dan setan mengetahuinya. Tetapi, kita tidak melihatnya kita lupa terhadapnya, namujn setan selalu mengingat kita. Dan guna mengalahkan kita, setan mempunyai banyak pembantu.
Oleh sebab itu, kita harus bertekad bulat untuk mengalahkan dan memeranginya. Jika tidak, kita tidak akan aman dari kebinasaan dan kehancuran.
Dengan cara apa harus memerangi dan mengalahkannya? Ada dua jalan:
1.      menurut pendapat sebagian ulama, cara halau setan adalah selalu mehon perlindungan Allah. Tidak ada jalan lain.
Sebab, setan ibarat anjing yang diberi kekuatan untuk menggoda kita. Jika kita terus menerus menghalau dan mememranginya, niscaya kita akan kelelahan dan kehabisan waktu, sehingga ia dapat menggigit dan melukai. Dengan demikiank sebaik baik jalan adalah langsung bermohon kepada Allah yang mneguasai anjing itu agar menjauhi kita.
2.      Menurut ahli penolah setan, kita harus berjuang sekuat tenaga menolak, mengusir, melawan, dan menentang setan.
Guna memerangi dan mengalahkan setan , menurut pendapat ulama ada tiga cara:
1.      Harus mengetahui segala tipu daya setan, seingga dia tidak akan berni mengganggu kita. Keadaannya ibarat maling. Jika ia mengetahui bahwa tuan rumah telah mengetahui adanya malingk niscaya sang maling akan lari.
2.      Anggaplah remeh ajakan setan. Yakin, hangan memberi perhatian, jangan hiraukan ajakannya, dan jangan sekali-kali ajakannya kita ambil hati, apalagi dituruti, sebeb setan ibarat anjing menggonggong. Jika dilayani, ia akan terus menggonggong, jika dilayani, ia akan terus menggonggong, teteapi jika dibiarkan, ian akan diam dengan sendirinya.
3.      Berdzikir dengan lisan maupun hati.

1 komentar:

Hendra Blog... mengatakan...

Mantabbbb bosss....